Membumikan Visi Kebangsaan Nahdlatul Wathan
JAKARTA – Islam dan kebangsaan tidak bisa dilepaskan, begitu juga dengan perjalanan panjang ormas Islam yang memiliki basis anggota sangat besar di Nusa Tenggara Barat (NTB) dan tersebar di 20 provinsi serta beberapa negara sahabat, yaitu Nahdlatul Wathan (NW) yang berarti kebangkitan bangsa/tanah air.
Dalam acara yang disebut Halaqoh dan Silaturahmi Nasional yang diikuti ribuan peserta di Sasana Kriya, Taman Mini Indnesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (4/6), baik pemimpin maupun anggota NW berusaha menegaskan keinginannya dalam tema “Membumikan Visi Kebangsaan Nahdlatul Wathan Menuju Islam Rahmatan Lil`Alamiinâ€.
Dalam acara yang dibuka Wakil Menteri Agama, Prof Nasaruddin Umar, itu hadir perwakilan dari sejumlah negara sahabat, tokoh agama KH Quraish Shihab, Gubernur NTB yang juga Ketua PB NW, Tuan Guru Haji (TGH) Dr Zainul Majdi, dan pemimpin NW dari seluruh Indonesia.
Di dalam Ruang Sasana Kriya yang luas, megah, dan penuh itu terasa hikmat. Sambutan dari para tokoh dan pimpinan NW menekankan pentingnya NW mengembangkan peran sosial, pendidikan, dakwah, dan pembangaunan ekonmi umat yang menjadi visi dan misi organisasi yang didirikan oleh TGH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid tahun 1937 di Kampung Bermi, Desa Pancor, Lombok Timur, NTB itu. Faham keagamaan yang menjadi pijakan NW adalah Ahlusunnah Wal Jamaah, sama dengan Nahdlatul Ulama (NU)
Penerus perjuangan dari Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Pancor untuk terus mengibarkan bendera Nahlatul Wathan, untuk kemaslahatan umat, bangsa, dan negara, adalah sang cucu, Dr Zainul Majdi, yang kerap dipanggil Tuan Guru Bajang. Tuan Guru Bajang tidak lain adalah Gubernur NTB yang dikenal juga sebagai ulama ahli tafsir, lulusan Universitas Al Azhar, Cairo, Mesir, dengan predikat summa cum laude.
Dalam sambutannya selaku Ketua Umum PB NW, Zainul Majdi, mengatakan embrio pembangunan madrasah sebagai basis utama NW dilakukan oleh sang kakek dengan kerja keras dan terus-menerus, dan kini buah dari semua itu sudah berdiri 900 lembaga pendidikan NW, termasuk perguruan tinggi.
“Halaqoh dan Silaturahmi Nasional ini bertujuan untuk membumikan visi kebangsaan Nahdlatul Wathan sebab sejak didirikan, dengan nama yang sudah tegas yaitu kebangkitan Tanah Air atau Nahdlatul Wathan, kita ingin seluruh ekspinen NW bekerja dan berbuat demi umat dan bangsa, tidak boleh dipisahkan. Kita menyebutnya dakwah islamiyah rahmatan lil’alamin,†kata Zainul Majdi.
Mengingat konteks kekinian dan masa depan NW, Zainul Majdi yang pernah mendapat penghargaan MURI sebagai gubernur termuda (36 tahun, saat terpilih pertama kali pada 2008), maka pendekatan dalam halaqoh ini adalah helicopter view atau pandangan dari atas yakni para pengamat dan intelektual dari luar dihadirkan untuk membahas berbagai persoalan yang terkait peran NW.
“Karena itu, kita hadirkan Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zulva, mantan Ketua PBNU KH Hasyim Muzadi, Ketau PP Muhammadiyah Din Syamsuddin, pengamat politik UIN Burhanudin Muhtadi, dan banyak intelektual lainnya,†papar Majdi.
Wamenag Nasarudin Umar dalam sambutan pembukaannya mengatakan peran NW sangat besar, termasuk jasa pendirinya, TGH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang banyak meninggalkan warisan berharga, pendidikan, dan karya-karya bermutu.
“Sudah sepatutnya pemerintah memberi penghargaan sebagai pahlawan nasional,†kata Nasaruddin yang disambut tepuk gemuruh peserta Halaqoh.
Sementara itu, Quraish Shihab menekankan pentingnya melihat kembali peran yang telah dijalankan NW sejak dulu hingga kini yaitu memajukan masyarakat dan seruan kebangkitan Tanah Air dengan mengutip semboyan “Pokoknya Nahdlatul Wathanâ€. (sur/P-4) www. koran-jakarta.com